Agen Perubahan SMP Negeri 14 Denpasar Ikuti Program “September Ceria” di RRI Denpasar


Widyaiswara14, September 2025 – Dua siswa SMP Negeri 14 Denpasar yang tergabung dalam program Agen Perubahan, yakni Freydanka Vegajiva dan Ni Made Rindu Vinaya Sari Dewi, mendapat kesempatan istimewa untuk menjadi narasumber di RRI Denpasar. Mereka hadir dalam program bertajuk “September Ceria untuk Penguatan Pencegahan dan Penanganan Kekerasan terhadap Anak” dengan subtopik “Mengambil Hikmah Pengalaman Kasus Kekerasan Anak SMP Bulan September 2025 untuk Perlindungan Anak yang Lebih Baik.”
Acara ini menghadirkan Komisioner KPAD Provinsi Bali, Ir. I Made Ariasa, M.Pd., yang menekankan pentingnya kerjasama lintas sektor dalam menciptakan lingkungan aman dan ramah anak. Salah satu isu krusial yang diangkat adalah kesehatan mental anak dan remaja, terutama pasca kasus bunuh diri yang melibatkan siswa SMP pada bulan September 2025.
Kasus tersebut menjadi refleksi bersama bahwa kekerasan, baik fisik, verbal, maupun psikologis, dapat meninggalkan luka mendalam yang berpotensi memengaruhi kesehatan mental anak. Diskusi menegaskan bahwa perlindungan anak tidak hanya sebatas pencegahan kekerasan, tetapi juga mencakup pendampingan emosional dan dukungan psikologis agar anak merasa aman, dihargai, dan tidak kehilangan harapan.
Dalam kesempatan itu, Agen Perubahan SMP Negeri 14 Denpasar berani menyampaikan pandangan mereka tentang pentingnya komunikasi terbuka antara siswa, guru, dan orang tua. Mereka menekankan bahwa anak-anak membutuhkan ruang aman untuk bercerita, agar tidak merasa tertekan hingga mencari jalan keluar yang salah.
Kegiatan ini juga didampingi oleh guru BK sekaligus pembina Agen Perubahan, Ni Kadek Pradnya Paramita, S.Psi., yang menegaskan pentingnya literasi kesehatan mental di sekolah. Menurutnya, mendidik anak untuk mengenali, memahami, dan mengelola emosinya adalah langkah nyata mencegah terulangnya kasus serupa.
Partisipasi dalam program ini menjadi pengalaman berharga sekaligus wadah pembelajaran bagi siswa. Diharapkan, melalui suara generasi muda dan dukungan berbagai pihak, kesadaran kolektif mengenai kesehatan mental anak semakin meningkat, sehingga tidak ada lagi anak yang merasa sendirian dalam menghadapi masalahnya.